Sama seperti ikan lainnya, lele sangkuriang tidak terlepas dari ancaman hama dan penyakit. Penyakit yang menyerang lele sangkuriang umumnya disebabkan oleh kondisi lingkungan yang kurang mendukung, misalnya kualitas air (terutama suhu) di bawah standar atau akibat stres karena penanganan yang salah sehingga ikan sakit. Sementara itu, hama yang biasa menyerang lele sangkuriang antara lain ular dan belut, sedangkan organisme patogen yang menyerang berupa Ichthiophthirius sp., Trichodina sp., Monogenea sp., dan Dactylogyrus sp.
Penanggulangan masuknya bibit hama dapat dilakukan dengan pemberian insektisida yang direkomendasikan pada saat pengisian air kolam, membersihkan pematang kolam, dan memasang plastik di sekeliling kolam. Penanggulangan organisme patogen dapat dilakukan dengan pengelolaan lingkungan budi daya yang baik serta pemberian pakan yang teratur dan mencukupi. Pengobatan dapat menggunakan obat-obatan yang direkomendasikan. pengelolaan lingkungan dapat dilakukan dengan melakukan persiapan kolam secara baik. Jika perlu memperbaiki kondisi air kolam dengan menambahkan bahan probiotik.
Pengobatan ikan yang suclah terserang penyakit dapat dilakukan dengan memberikan obat yang sesuai dengan jenis penvakitnya. Adakalanya, penyakit yang menyerang akan menular. Untuk mencegah hal ini, ada beberapa langkah langkah penyelamatan yang dapat dilakukan sebagai berikut. :
- Segera menangkap dan memusnahkan ikan yang terserang penyakit.
- Segera memindahkan ikan yang kondisinya masih sehat ke kolam lain dan mendesinfeksinya. Mengurangi padat penebaran.
- Jangan membuang air bekas ikan sakit ke saluran air.
- Keringkan kolam yang telah terjangkit penyakit, lalu bersihkan dasar kolam dari lumpur dan sisa bahan organic. Setelah itu Lakukan pengapuran menggunakan kapur pertanian (CaO) dengan dosis 1 kg/5 m2. Pengeringan dilakukan sampai dasar kolam retak¬-retak dan penebaran kapur dilakukan secara merata, termasuk di bagian tanggul.
- Lakukan pengisian air baru ke dalam kolam secara periodik.
- Alat tangkap dan wadah ikan harus dijaga agar tidak terkontaminasi penyakit. Begitu juga dengan tangan kita, harus didesinfeksi dengan mencucinya di dalam larutan PK. Desinfeksi alat dilakukan dengan mencelupkan ke dalam larutan kalium permanganat (PK) 20 ppm (1 gram dalam 50 liter air) atau larutan kaporit 0,5 ppm (0,5 gram dalam 1 m3 air).
- Berikan pakan yang bergizi tinggi dan tingkatkan daya tahan tubuh ikan dengan memberikan vitamin.
mino mitro
Rabu, 09 Mei 2012
Selasa, 07 Februari 2012
agenda bulanan 08-02-2012
Berita yang kita sampaikan dari kelompok perikanan MINO MITRO MANDIRI yang mengenai faktor panen yang dari beberapa anggota yg gagal panen.
Hal ini dikarenakan faktor alam.
diantaranya:
1. matinya benih saat penebaran
2. adanya lele yang besar atau longgoran yang terlambat diatasi
3. burung pemakan ikan. ini bisa berhubungan dengan no.2 karena burung jika memakan ikan bisa pula jatuh ke kolam yang baru ditebari jika tidak dari kolam sebelah yang ikannya melopat
4. kucing dll
untuk mengatasi hal ini Pengurus PKMMM mengadakan penyuluhan perikanan dari tebar bibit sampai paska panen yang akan diisi oleh Bp. Wagiran selaku pembina dari kelompok PKMMM.
Acara ini akan dilaksanakan besok Hari Rabu 08-februari-2012 jam:19.30 WIB disekretariat KPMMM.
yang isyaAlloh hasil pertemuan akan kita postingkan
Selasa, 06 September 2011
PERTEMUAN RUTIN BULANAN
Klompok Perikanan mino mitro akan mengadakan pertemuan rutin besok tanggal 07 september 2011 di kantor sekretariat yang bertempat dirumah mbah kamijan, sedang yang pertemuan sebelumnya belum bisa ditulis diblog ini dikarenakan blok ini baru kata pak Mambramo selaku Ketua 1 dikelompok ini,
Pemilihan kantor skretariat yang bertampat dirumah mbah kamijan (anggota mino mitro) atas kesepakatan bersama. dan mbah kamijan yang selaku pemilik rumah merelakan rumahnya ditempati untuk kantor sekretariat ini.
Pemilihan kantor skretariat yang bertampat dirumah mbah kamijan (anggota mino mitro) atas kesepakatan bersama. dan mbah kamijan yang selaku pemilik rumah merelakan rumahnya ditempati untuk kantor sekretariat ini.
Pertemuan besok itu akan membahas mengenai ADRT (anggaran dasar rumah tangga).
Menurut Wagiran (Pembina) dari kelompok terdahulu yaitu kelompok perikanan truno joyo, kelompok MINOMITRO ini diharapkan bisa menjadi kelompok percontohan dan bisa menjadi juara kelompok perikanan tingkat propinsi dan Nasional nantinya. dengan bermodalkan 70 kolam semoga kelompok mINO MITRO ini bisa terus jaya dan semakin maju bagi semua anggotanya Amin.
Admint: Iman'z Tetap Berjuang
Rabu, 31 Agustus 2011
BUDIDAYA LELE SANGKURIANG
Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air Tawar yang sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa.
Budidaya lele berkembang pesat dikarenakan:
1) dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar tinggi,
2) teknologi budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat,
3) pemasarannya relative mudah dan
4) modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah.
Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo dibanding lele lokal antara lain tumbuh lebih cepat, jumlah telur lebih banyak dan lebih tahan terhadap penyakit. Namun demikian perkembangan budidaya yang pesat tanpa didukung pengelolaan induk yang baik menyebabkan lele dumbo mengalami penurunan kualitas. Hal ini karena adanya perkawinan sekerabat (inbreeding), seleksi induk yang salah atas penggunaan induk yang berkualitas rendah. Penurunan kualitas ini dapat diamati dari karakter umum pertama matang gonad, derajat penetasan telur, pertumbuhan harian, daya tahan terhadap penyakit dan nilai.
FCR (FEEDING CONVERSION RATE).
Sebagai upaya perbaikan mutu ikan lele dumbo BBAT Sukabumi telah berhasil melakukan rekayasa genetik untuk menghasilkan lele dumbo strain baru yang diberi nama lele Sangkuriang. Seperti halnya sifat biologi lele dumbo terdahulu, lele Sangkuriang tergolong omnivora. Di alam ataupun lingkungan budidaya, ia dapat memanfaatkan plankton, cacing, insekta, udang-udang kecil dan mollusca sebagai makanannya. Untuk usaha budidaya, penggunaan pakan komersil (pellet) sangat dianjurkan karena berpengaruh besar terhadap peningkatan efisiensi dan produktivitas. Tujuan pembuatan Petunjuk Teknis ini adalah untuk memberikan cara dan teknik pemeliharaan ikan lele dumbo strain Sangkuriang yang dilakukan dalam rangka peningkatan produksi. Perikanan untuk meningkatkan ketersediaan protein hewani dan tingkat konsumsi ikan bagi masyarakat Indonesia. Berdasarkan keunggulan lele dumbo hasil perbaikan mutu dan sediaan induk yang ada di BBAT Sukabumi, maka lele dumbo tersebut layak untuk dijadikan induk dasar yaitu induk yang dilepas oleh Menteri Kelautan dan Perikanan dan telah dilakukan diseminasi kepadainstansi/pembudidaya yang memerlukan. Induk lele dumbo hasil perbaikan ini, diberi nama Lele Sangkuriang. Induk lele Sangkuriang merupakan hasil perbaikan genetik melalui cara silang balik antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan generasi keenam (F6). Induk betina F2 merupakan koleksi yang ada di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi yang berasal dari keturunan kedua lele dumbo yang diintroduksi ke Indonesia tahun 1985. Sedangkan induk jantan F6 merupakan sediaan induk yang ada di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi. Induk dasar yang didiseminasikan dihasilkan dari silang balik tahap kedua antara induk betina
pengeluaran air yang berupa siphon lebih sederhana, yaitu hanya terdiri dari pipa paralon yang terpasang didasar kolam dibawah pematang dengan bantuan pipa berbentuk L mencuat ke atas sesuai dengan ketinggian air kolam. Saringan dapat dipasang pada pintu pemasukan dan pengeluaran agar ikan-ikan jangan ada yang lolos keluar/masuk.
Pelaksanaan Budidaya
Budidaya ikan lele Sangkuriang dapat dilakukan dalam bak plastik, bak tembok atau kolam tanah. Dalam budidaya ikan ele di kolam yang perlu diperhatikan adalah pembuatan kolam, pembuatan pintu pemasukan dan pengeluaran air.Bentuk olam yang ideal untuk pemeliharaan ikan lele adalah empat persegi panjang dengan ukuran 100-500 m2. Kedalaman kolam berkisar antara 1,0-1,5 m dengan kemiringan kolam dari pemasukan air ke pembuangan 0,5%. Pada bagian tengah sebelum benih ikan lele ditebarkan di kolam pembesaran, yang perlu diperhatikan adalah tentang kesiapan kolam meliputi:
A. PERSIAPAN KOLAM TANAH (TRADISIONAL)
Pengolahan dasar kolam yang terdiri dari pencangkulan atau pembajakan tanah dasar kolam dan meratakannya. Dinding kolam diperkeras dengan memukul-mukulnya dengan menggunakan balok kayu agar keras dan padat supaya tidak terjadi kebocoran. Pemopokan pematang untuk kolam tanah (menutupi bagian-bagian kolam yang bocor). Untuk tempat berlindung ikan (benih ikan lele) sekaligus mempermudah pemanenan maka dibuat parit/kamalir dan kubangan (bak untuk pemanenan). Memberikan kapur ke dalam kolam yang bertujuan untuk memberantas hama, penyakit dan memperbaiki kualitas tanah. Dosis yang dianjurkan adalah 20-200 gram/m2, tergantung pada keasaman kolam. Untuk kolam dengan pH rendah dapat diberikan kapur lebih banyak, juga sebaliknya apabila tanah sudah cukup baik, pemberian kapur dapat dilakukan sekedar untuk memberantas hama penyakit yang kemungkinan terdapat di kolam. Pemupukan dengan kotoran ternak ayam, berkisar antara 500-700 gram/m2; urea 15 gram/m2;
SP3 10 gram/m2; NH4N03 15 gram/m2.
Pada pintu pemasukan dan pengeluaran air dipasang penyaring
Kemudian dilakukan pengisian air kolam.
Kolam dibiarkan selama ± 7 (tujuh) hari, guna memberi kesempatan tumbuhnya makanan
alami.
B. PERSIAPAN KOLAM TEMBOK
Persiapan kolam tembok hampir sama dengan kolam tanah. Bedanya, pada kolam tembok tidak dilakukan pengolahan dasar kolam, perbaikan parit dan bak untuk panen, karena parit dan bak untuk panen biasanya sudah dibuat Permanen.
C. PENEBARAN BENIH
Sebelum benih ditebarkan sebaiknya benih disuci hamakan dulu dengan merendamnya didalam larutan KM5N04 (Kalium permanganat) atau PK dengan dosis 35 gram/m2 selama 24 jam atau formalin dengan dosis 25 mg/l selama 5-10 menit.Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari atau pada saat udara tidak panas. Sebelum ditebarkan ke kolam, benih diaklimatisasi dulu (perlakuan penyesuaian suhu) dengan cara memasukan air kolam sedikit demi sedikit ke dalam wadah pengangkut benih. Benih yang sudah teraklimatisasi akan dengan sendirinya keluar dari kantong (wadah) angkut benih menuju lingkungan yang baru yaitu kolam. Hal ini berarti bahwa perlakuan tersebut dilaksanakan diatas permukaan air kolam dimana wadah (kantong) benih mengapung diatas air. Jumlah benih yang ditebar 35-50 ekor/m2 yang berukuran 5-8 cm.
D. PEMBERIAN PAKAN
Selain makanan alami, untuk mempercepat pertumbuhan ikan lele perlu pemberian makanan tambahan berupa pellet. Jumlah makanan yang diberikan sebanyak 2-5% perhari dari berat total ikan yang ditebarkan di kolam. Pemberian pakan uensinya 3-4 kali setiap hari. Sedangkan komposisi makanan buatan dapat dibuat dari campuran dedak halus dengan ikan rucah dengan perbandingan 1:9 atau campuran dedak halus, bekatul, jagung, cincangan bekicot dengan perbandingan 2:1:1:1 campuran tersebut dapat dibuat bentuk pellet.
E. MENGENALI PENYAKIT PADA LELE
Beberapa jenis penyakit yang sering menyerang ikan lele bisa disebabkan oleh bakteri, parasit atau bahkan cacing. Penyakit – penyakit yang sering dijumpai oleh para peternak ikan lele adalah cendawan, bintik putih, borok, cacingan serta trichodina. Untuk terhindar dari kerugian besar, para petani ikan lele harus dapat mengendalikan penyakit – penyakit tersebut diatas dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab dari penyakit tersebut serta gejala yang muncul sebelum pada akhirnya nanti mengetahui bagaimana caranya untuk menanggulanginya.
CENDAWAN
BOROK
CACINGAN
1. Jenis yang dapat menyerang adalah dactylogyrus dan gyrodactylus, dimana mereka sering dijumpai dikolam yang kepadatan tebarnya terlalu tinggi serta baru saja mengalami perubahan lingkungan hidup yang drastis dan mendadak. Mereka sering menyerang bagian insang ikan lele (akan menyebabkan kesulitCAan dalam hal bernafas) serta kulitnya (menjadi berlendir).
2. Gejala yang ditunjukkan oleh ikan lele yang terserang oleh penyakit ini adalah menurunnya nafsu makan serta ikan lele sering berenang ke atas permukaan air. Beberapa tindakan pengobatan yang dapat dilakukan adalah : Mengganti air dalam jumlah yang besar, air kolam ditaburi dengan garam dapur sejumlah 40 gram / m2, merendam ikan lele yang sakit ke dalam air PK berkonsentrasi 0,01 % selama 30 menit.
TRICHODINA
Penyakit ini disebabkan oleh protozoa, dimana mereka menyerang bagian insang dari ikan lele. Ikan yang terserang oleh penyakit ini akan berputar – putar dan muncul diatas permukaan air. Tindakan pengobatan yang dapat dilakukan adalah merendam ikan lele yang sakit ke dalam air berformalin berkonsentrasi 15 – 20 ppm.
Kegiatan budidaya lele Sangkuriang di tingkat pembudidaya sering dihadapkan pada permasalahan timbulnya penyakit atau kematian ikan. Pada kegiatan pembesaran, penyakit banyak ditimbulkan akibat buruknya penanganan kondisi lingkungan. rganisme predator yang biasanya menyerang antara lain ular dan belut. Sedangkan organisme pathogen yang sering menyerang adalah Ichthiophthirius sp., Trichodina sp., Monogenea sp. dan Dactylogyrus sp. Penanggulangan hama insekta dapat dilakukan dengan pemberian insektisida yang direkomendasikan pada saat pengisian air sebelum benih ditanam. Sedangkan penanggulangan belut dapat dilakukan dengan pembersihan pematang kolam dan pemasangan plastik di sekeliling kolam. Penanggulangan organisme pathogen dapat dilakukan dengan pengelolaan lingkungan budidaya yang baik dan emberian pakan yang teratur dan mencukupi. Pengobatan dapat menggunakan obat-obatan yang direkomendasikan. engelolaan lingkungan dapat dilakukan dengan melakukan persiapan kolam dengan baik. Pada kegiatan budidaya dengan menggunakan olam tanah, persiapan kolam meliputi pengeringan, pembalikan tanah, perapihan pematang, pengapuran, pemupukan, pengairan dan pengkondisian tumbuhnya plankton sebagai sumber pakan. Pada kegiatan budidaya dengan menggunakan bak embok atau bak plastik, persiapan kolam meliputi pengeringan, disenfeksi (bila diperlukan), pengairan dan ngkondisian tumbuhnya plankton sebagai sumber pakan. Perbaikan kondisi air kolam dapat pula dilakukan dengan penambahan bahan probiotik. Untuk menghindari terjadinya penularan penyakit, maka hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1 kg/5 m2. Kapur (CaO) ditebarkan merata didasar kolam,
liter air) atau larutan kaporit 0,5 ppm (0,5 gram dalam 1 m3 air).
F. PEMANENAN
Ikan lele Sangkuriang akan mencapai ukuran konsumsi setelah dibesarkan selama 130 hari, dengan bobot antara 200 - 250 gram per ekor dengan panjang 15 - 20 cm. Pemanenan dilakukan dengan cara menyurutkan air kolam. Ikan lele akan erkumpul di kamalir dan kubangan, sehingga mudah ditangkap dengan menggunakan waring atau lambit. Cara lain penangkapan yaitu dengan menggunakan pipa ruas bambu atau pipa paralon/bamboo diletakkan didasar kolam, pada waktu air kolam disurutkan, ikan lele akan masuk kedalam ruas bambu/paralon, maka dengan mudah ikan dapat ditangkap atau diangkat. Ikan lele hasil tangkapan dikumpulkan pada wadah berupa ayakan/happa yang dipasang di kolam yang airnya terus mengalir untuk diistirahatkan sebelum ikan-ikan tersebut diangkut untuk dipasarkan. Pengangkutan ikan lele dapat dilakukan dengan menggunakan karamba, pikulan ikan atau jerigen plastik yang diperluas lubang permukaannya dan dengan jumlah air yang sedikit. Proses Produksi pada kegiatan pembesaran disajikan Tabel
Tabel 1
Proses pembesaran lele Sangkuriang di bak tembok. Kriteria Satuan Pembesaran
UKURAN TANAMAN
UKURAN PANEN
PAKAN
- Umur hari 40
- Panjang cm 4 - 8
- Bobot gram 4- 6
- Umur hari 130
- Panjang cm 15 - 20
- Bobot gram 125 – 200 Sintasan % 80-90,
Padat Tebar Ekor/m2 50-75
- Tingkat Pemberian % bobot 3
- Frekuensi Pemberian kali/hari 3,
Tingkat Konversi Pakan 0,8 - 1,2
ANALISA USAHA
Pembesaran lele Sangkuriang di bak plastic
1. Investasi
a. Sewa lahan 1 tahun @ Rp 1.000.000,- = Rp 1.000.000,-
b. Bak kayu lapis plastik 3 unit @ Rp 500.000,- = Rp 1.500.000,-
c. Drum plastik 5 buah @ Rp 150.000,- = Rp 750.000,-Rp 3.250.000,-
2. Biaya Tetap
a. Penyusutan lahan Rp 1.000.000,-/1 thn = Rp 1.000.000,-
b. Penyusutan bak kayu lapis plastik Rp 1.500.000,-/2 thn = Rp 750.000,-
c. Penyusutan drum plastik Rp 750.000,-/5 thn = Rp 150.000,-Rp 1.900.000,-
3. Biaya Variabel
a. Pakan 4800 kg @ Rp 3700 = Rp 17.760.000,-
b. Benih ukuran 5-8 cm sebanyak 25.263 ekor @ Rp 80,- = Rp 2.021.052,63
c. Obat-obatan 6 unit @ Rp 50.000,- = Rp 300.000,-
d. Alat perikanan 2 paket @ Rp 100.000,- = Rp 200.000,-
e. Tenaga kerja tetap 12 OB @ Rp 250.000,- = Rp 3.000.000,-
f. Lain-lain 12 bin @ Rp 100.000,- = Rp 1.200.000,-Rp 24.281.052,63
4. Total Biaya
Biaya Tetap + Biaya Variabel
= Rp 1.900.000,- + Rp 24.281.052,63
= Rp 26.181.052,63
5. Produksi lele konsumsi 4800 kg x Rp 6000/kg -Rp 28.800.000,
6. Pendapatan
Produksi - (Biaya tetap + Biaya Variabel)
= Rp 28.800.000,- - ( Rp 1.900.000,- + Rp 24.281.052,63)
= Rp 2.418.947,37
7. Break Event Point (BEP)
Volume produksi = 4.396,84 kg
Harga produksi = Rp 5.496,05
penyalin By. iman'z tetap berjuang
Sumber :Buku Budidaya Lele Sangkuriang, Dit. Pembudidayaan, Ditjen Perikanan Budidaya
Budidaya lele berkembang pesat dikarenakan:
1) dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar tinggi,
2) teknologi budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat,
3) pemasarannya relative mudah dan
4) modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah.
Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo dibanding lele lokal antara lain tumbuh lebih cepat, jumlah telur lebih banyak dan lebih tahan terhadap penyakit. Namun demikian perkembangan budidaya yang pesat tanpa didukung pengelolaan induk yang baik menyebabkan lele dumbo mengalami penurunan kualitas. Hal ini karena adanya perkawinan sekerabat (inbreeding), seleksi induk yang salah atas penggunaan induk yang berkualitas rendah. Penurunan kualitas ini dapat diamati dari karakter umum pertama matang gonad, derajat penetasan telur, pertumbuhan harian, daya tahan terhadap penyakit dan nilai.
FCR (FEEDING CONVERSION RATE).
Sebagai upaya perbaikan mutu ikan lele dumbo BBAT Sukabumi telah berhasil melakukan rekayasa genetik untuk menghasilkan lele dumbo strain baru yang diberi nama lele Sangkuriang. Seperti halnya sifat biologi lele dumbo terdahulu, lele Sangkuriang tergolong omnivora. Di alam ataupun lingkungan budidaya, ia dapat memanfaatkan plankton, cacing, insekta, udang-udang kecil dan mollusca sebagai makanannya. Untuk usaha budidaya, penggunaan pakan komersil (pellet) sangat dianjurkan karena berpengaruh besar terhadap peningkatan efisiensi dan produktivitas. Tujuan pembuatan Petunjuk Teknis ini adalah untuk memberikan cara dan teknik pemeliharaan ikan lele dumbo strain Sangkuriang yang dilakukan dalam rangka peningkatan produksi. Perikanan untuk meningkatkan ketersediaan protein hewani dan tingkat konsumsi ikan bagi masyarakat Indonesia. Berdasarkan keunggulan lele dumbo hasil perbaikan mutu dan sediaan induk yang ada di BBAT Sukabumi, maka lele dumbo tersebut layak untuk dijadikan induk dasar yaitu induk yang dilepas oleh Menteri Kelautan dan Perikanan dan telah dilakukan diseminasi kepadainstansi/pembudidaya yang memerlukan. Induk lele dumbo hasil perbaikan ini, diberi nama Lele Sangkuriang. Induk lele Sangkuriang merupakan hasil perbaikan genetik melalui cara silang balik antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan generasi keenam (F6). Induk betina F2 merupakan koleksi yang ada di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi yang berasal dari keturunan kedua lele dumbo yang diintroduksi ke Indonesia tahun 1985. Sedangkan induk jantan F6 merupakan sediaan induk yang ada di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi. Induk dasar yang didiseminasikan dihasilkan dari silang balik tahap kedua antara induk betina
pengeluaran air yang berupa siphon lebih sederhana, yaitu hanya terdiri dari pipa paralon yang terpasang didasar kolam dibawah pematang dengan bantuan pipa berbentuk L mencuat ke atas sesuai dengan ketinggian air kolam. Saringan dapat dipasang pada pintu pemasukan dan pengeluaran agar ikan-ikan jangan ada yang lolos keluar/masuk.
Pelaksanaan Budidaya
Budidaya ikan lele Sangkuriang dapat dilakukan dalam bak plastik, bak tembok atau kolam tanah. Dalam budidaya ikan ele di kolam yang perlu diperhatikan adalah pembuatan kolam, pembuatan pintu pemasukan dan pengeluaran air.Bentuk olam yang ideal untuk pemeliharaan ikan lele adalah empat persegi panjang dengan ukuran 100-500 m2. Kedalaman kolam berkisar antara 1,0-1,5 m dengan kemiringan kolam dari pemasukan air ke pembuangan 0,5%. Pada bagian tengah sebelum benih ikan lele ditebarkan di kolam pembesaran, yang perlu diperhatikan adalah tentang kesiapan kolam meliputi:
A. PERSIAPAN KOLAM TANAH (TRADISIONAL)
Pengolahan dasar kolam yang terdiri dari pencangkulan atau pembajakan tanah dasar kolam dan meratakannya. Dinding kolam diperkeras dengan memukul-mukulnya dengan menggunakan balok kayu agar keras dan padat supaya tidak terjadi kebocoran. Pemopokan pematang untuk kolam tanah (menutupi bagian-bagian kolam yang bocor). Untuk tempat berlindung ikan (benih ikan lele) sekaligus mempermudah pemanenan maka dibuat parit/kamalir dan kubangan (bak untuk pemanenan). Memberikan kapur ke dalam kolam yang bertujuan untuk memberantas hama, penyakit dan memperbaiki kualitas tanah. Dosis yang dianjurkan adalah 20-200 gram/m2, tergantung pada keasaman kolam. Untuk kolam dengan pH rendah dapat diberikan kapur lebih banyak, juga sebaliknya apabila tanah sudah cukup baik, pemberian kapur dapat dilakukan sekedar untuk memberantas hama penyakit yang kemungkinan terdapat di kolam. Pemupukan dengan kotoran ternak ayam, berkisar antara 500-700 gram/m2; urea 15 gram/m2;
SP3 10 gram/m2; NH4N03 15 gram/m2.
Pada pintu pemasukan dan pengeluaran air dipasang penyaring
Kemudian dilakukan pengisian air kolam.
Kolam dibiarkan selama ± 7 (tujuh) hari, guna memberi kesempatan tumbuhnya makanan
alami.
B. PERSIAPAN KOLAM TEMBOK
Persiapan kolam tembok hampir sama dengan kolam tanah. Bedanya, pada kolam tembok tidak dilakukan pengolahan dasar kolam, perbaikan parit dan bak untuk panen, karena parit dan bak untuk panen biasanya sudah dibuat Permanen.
C. PENEBARAN BENIH
Sebelum benih ditebarkan sebaiknya benih disuci hamakan dulu dengan merendamnya didalam larutan KM5N04 (Kalium permanganat) atau PK dengan dosis 35 gram/m2 selama 24 jam atau formalin dengan dosis 25 mg/l selama 5-10 menit.Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari atau pada saat udara tidak panas. Sebelum ditebarkan ke kolam, benih diaklimatisasi dulu (perlakuan penyesuaian suhu) dengan cara memasukan air kolam sedikit demi sedikit ke dalam wadah pengangkut benih. Benih yang sudah teraklimatisasi akan dengan sendirinya keluar dari kantong (wadah) angkut benih menuju lingkungan yang baru yaitu kolam. Hal ini berarti bahwa perlakuan tersebut dilaksanakan diatas permukaan air kolam dimana wadah (kantong) benih mengapung diatas air. Jumlah benih yang ditebar 35-50 ekor/m2 yang berukuran 5-8 cm.
D. PEMBERIAN PAKAN
Selain makanan alami, untuk mempercepat pertumbuhan ikan lele perlu pemberian makanan tambahan berupa pellet. Jumlah makanan yang diberikan sebanyak 2-5% perhari dari berat total ikan yang ditebarkan di kolam. Pemberian pakan uensinya 3-4 kali setiap hari. Sedangkan komposisi makanan buatan dapat dibuat dari campuran dedak halus dengan ikan rucah dengan perbandingan 1:9 atau campuran dedak halus, bekatul, jagung, cincangan bekicot dengan perbandingan 2:1:1:1 campuran tersebut dapat dibuat bentuk pellet.
E. MENGENALI PENYAKIT PADA LELE
Beberapa jenis penyakit yang sering menyerang ikan lele bisa disebabkan oleh bakteri, parasit atau bahkan cacing. Penyakit – penyakit yang sering dijumpai oleh para peternak ikan lele adalah cendawan, bintik putih, borok, cacingan serta trichodina. Untuk terhindar dari kerugian besar, para petani ikan lele harus dapat mengendalikan penyakit – penyakit tersebut diatas dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab dari penyakit tersebut serta gejala yang muncul sebelum pada akhirnya nanti mengetahui bagaimana caranya untuk menanggulanginya.
CENDAWAN
- 1. Jenis yang dapat menyerang adalah saprolegnia dan achyla, dimana mereka sering dijumpai di perairan yang kaya akan bahan organik.
- 2. Penyakit ini menyerang ikan lele yang sudah teruka atau yang sedang berada dalam kondisi lemah.
- 3. Gejala yang ditunjukkan oleh ikan lele yang terserang oleh penyakit ini adalah bahwa pada sekitar lukanya banyak dijumpai serabut berwarna putih.
- 4. Beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah : kepadatan tebar dikurangi dan air kolam ditaburi dengan garam dapur sejumlah 5 gram / m2.
- 5. Beberapa tindakan pengobatan yang dapat dilakukan adalah : Merendam ikan lele yang sakit ke dalam air PK berdosis 1 gram / 100 liter air. Proses perendaman dilakukan selama 30 menit. Jamur dapat dihilangkan dengan menggunakan obat Furazolin.
- 1. Penyebab dari munculnya penyakit ini adalah ichthyophthirius multifiliis dimana mereka akan menyerang ikan lele yang dipelihara didalam kolam yang airnya menggenang.
- 2. Gejala yang ditunjukkan oleh ikan lele yang terserang oleh penyakit ini adalah bahwa pada permukaan kulit dan juga insang ikan lele banyak dijumpai bintik – bintik berwarna putih yang apabila dibiarkan terlalu lama, kulit dan insang ini akan rusak sebelum pada akhirnya nanti ikan lele akan mati dalam hitungan jam.
- 3. Beberapa tindakan pengobatan yang dapat dilakukan adalah :
- 4. Memperbaiki sistem sanitasi, air kolam ditaburi dengan garam dapur sejumlah 30 gram / liter air, sebanyak 2 – 3 kali berturut – turut, penggunaan malachyte green berdosis 0,1 gram / m2 sebanyak 2 hari sekali hingga ikan lele sembuh.
BOROK
- 1. Merupakan penyakit yang paling ditakuti oleh para peternak ikan lele dikarenakan dapat menyebabkan kematian massal.
- 2. Penyebab dari munculnya penyakit ini adalah aeromonas dan pseudomonas dimana mereka meenyerang organ dalam ikan lele, seperti hati, limpa serta daging.
- 3. Gejala yang ditunjukkan oleh ikan lele yang terserang oleh penyakit ini adalah munculnya borok diseluruh permukaan kulit ikan lelel. Borok ini akan mengeluarkan nanah jikan penyakit ini memarah.
- 4. Beberapa tindakan pengobatan yang dapat dilakukan adalah :
- 5. Mengkarantinakan ikan lele yang sakit dan pemberian antibiotik pada ikan lele yang masih sehat untuk meningkatkan daya tahan tubuh mereka. Antibiotik ini dapat diberikan dengan cara dicampurkan ke dalam pakan ikan lele dengan dosis antibiotiknya adalah sebesar 1 mg / kg pakan. Selain itu air kolam ditaburi dengan garam dapur sejumlah 10 kilogram yang telah dicampur dengan tumbukan daun pepaya.
CACINGAN
1. Jenis yang dapat menyerang adalah dactylogyrus dan gyrodactylus, dimana mereka sering dijumpai dikolam yang kepadatan tebarnya terlalu tinggi serta baru saja mengalami perubahan lingkungan hidup yang drastis dan mendadak. Mereka sering menyerang bagian insang ikan lele (akan menyebabkan kesulitCAan dalam hal bernafas) serta kulitnya (menjadi berlendir).
2. Gejala yang ditunjukkan oleh ikan lele yang terserang oleh penyakit ini adalah menurunnya nafsu makan serta ikan lele sering berenang ke atas permukaan air. Beberapa tindakan pengobatan yang dapat dilakukan adalah : Mengganti air dalam jumlah yang besar, air kolam ditaburi dengan garam dapur sejumlah 40 gram / m2, merendam ikan lele yang sakit ke dalam air PK berkonsentrasi 0,01 % selama 30 menit.
TRICHODINA
Penyakit ini disebabkan oleh protozoa, dimana mereka menyerang bagian insang dari ikan lele. Ikan yang terserang oleh penyakit ini akan berputar – putar dan muncul diatas permukaan air. Tindakan pengobatan yang dapat dilakukan adalah merendam ikan lele yang sakit ke dalam air berformalin berkonsentrasi 15 – 20 ppm.
Kegiatan budidaya lele Sangkuriang di tingkat pembudidaya sering dihadapkan pada permasalahan timbulnya penyakit atau kematian ikan. Pada kegiatan pembesaran, penyakit banyak ditimbulkan akibat buruknya penanganan kondisi lingkungan. rganisme predator yang biasanya menyerang antara lain ular dan belut. Sedangkan organisme pathogen yang sering menyerang adalah Ichthiophthirius sp., Trichodina sp., Monogenea sp. dan Dactylogyrus sp. Penanggulangan hama insekta dapat dilakukan dengan pemberian insektisida yang direkomendasikan pada saat pengisian air sebelum benih ditanam. Sedangkan penanggulangan belut dapat dilakukan dengan pembersihan pematang kolam dan pemasangan plastik di sekeliling kolam. Penanggulangan organisme pathogen dapat dilakukan dengan pengelolaan lingkungan budidaya yang baik dan emberian pakan yang teratur dan mencukupi. Pengobatan dapat menggunakan obat-obatan yang direkomendasikan. engelolaan lingkungan dapat dilakukan dengan melakukan persiapan kolam dengan baik. Pada kegiatan budidaya dengan menggunakan olam tanah, persiapan kolam meliputi pengeringan, pembalikan tanah, perapihan pematang, pengapuran, pemupukan, pengairan dan pengkondisian tumbuhnya plankton sebagai sumber pakan. Pada kegiatan budidaya dengan menggunakan bak embok atau bak plastik, persiapan kolam meliputi pengeringan, disenfeksi (bila diperlukan), pengairan dan ngkondisian tumbuhnya plankton sebagai sumber pakan. Perbaikan kondisi air kolam dapat pula dilakukan dengan penambahan bahan probiotik. Untuk menghindari terjadinya penularan penyakit, maka hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
- Pindahkan segera ikan yang memperlihatkan gejala sakit dan diobati secara terpisah. Ikan
- Jangan membuang air bekas ikan sakit ke saluran air.
1 kg/5 m2. Kapur (CaO) ditebarkan merata didasar kolam,
- kolam dibiarkan sampai tanah kolam retak-retak.
- Kurangi kepadatan ikan di kolam yang terserang penyakit.
- Alat tangkap dan wadah ikan harus dijaga agar tidak terkontaminasi penyakit. Sebelum dipakai
liter air) atau larutan kaporit 0,5 ppm (0,5 gram dalam 1 m3 air).
- Setelah memegang ikan sakit cucilah tangan kita dengan larutan PK
- Bersihkan selalu dasar kolam dari lumpur dan sisa bahan organic
- Usahakan agar kolam selalu mendapatkan air segar atau air baru.
- Tingkatkan gizi makanan ikan dengan menambah vitamin untuk menambah daya tahan ikan.
F. PEMANENAN
Ikan lele Sangkuriang akan mencapai ukuran konsumsi setelah dibesarkan selama 130 hari, dengan bobot antara 200 - 250 gram per ekor dengan panjang 15 - 20 cm. Pemanenan dilakukan dengan cara menyurutkan air kolam. Ikan lele akan erkumpul di kamalir dan kubangan, sehingga mudah ditangkap dengan menggunakan waring atau lambit. Cara lain penangkapan yaitu dengan menggunakan pipa ruas bambu atau pipa paralon/bamboo diletakkan didasar kolam, pada waktu air kolam disurutkan, ikan lele akan masuk kedalam ruas bambu/paralon, maka dengan mudah ikan dapat ditangkap atau diangkat. Ikan lele hasil tangkapan dikumpulkan pada wadah berupa ayakan/happa yang dipasang di kolam yang airnya terus mengalir untuk diistirahatkan sebelum ikan-ikan tersebut diangkut untuk dipasarkan. Pengangkutan ikan lele dapat dilakukan dengan menggunakan karamba, pikulan ikan atau jerigen plastik yang diperluas lubang permukaannya dan dengan jumlah air yang sedikit. Proses Produksi pada kegiatan pembesaran disajikan Tabel
Tabel 1
Proses pembesaran lele Sangkuriang di bak tembok. Kriteria Satuan Pembesaran
UKURAN TANAMAN
UKURAN PANEN
PAKAN
- Umur hari 40
- Panjang cm 4 - 8
- Bobot gram 4- 6
- Umur hari 130
- Panjang cm 15 - 20
- Bobot gram 125 – 200 Sintasan % 80-90,
Padat Tebar Ekor/m2 50-75
- Tingkat Pemberian % bobot 3
- Frekuensi Pemberian kali/hari 3,
Tingkat Konversi Pakan 0,8 - 1,2
ANALISA USAHA
Pembesaran lele Sangkuriang di bak plastic
1. Investasi
a. Sewa lahan 1 tahun @ Rp 1.000.000,- = Rp 1.000.000,-
b. Bak kayu lapis plastik 3 unit @ Rp 500.000,- = Rp 1.500.000,-
c. Drum plastik 5 buah @ Rp 150.000,- = Rp 750.000,-Rp 3.250.000,-
2. Biaya Tetap
a. Penyusutan lahan Rp 1.000.000,-/1 thn = Rp 1.000.000,-
b. Penyusutan bak kayu lapis plastik Rp 1.500.000,-/2 thn = Rp 750.000,-
c. Penyusutan drum plastik Rp 750.000,-/5 thn = Rp 150.000,-Rp 1.900.000,-
3. Biaya Variabel
a. Pakan 4800 kg @ Rp 3700 = Rp 17.760.000,-
b. Benih ukuran 5-8 cm sebanyak 25.263 ekor @ Rp 80,- = Rp 2.021.052,63
c. Obat-obatan 6 unit @ Rp 50.000,- = Rp 300.000,-
d. Alat perikanan 2 paket @ Rp 100.000,- = Rp 200.000,-
e. Tenaga kerja tetap 12 OB @ Rp 250.000,- = Rp 3.000.000,-
f. Lain-lain 12 bin @ Rp 100.000,- = Rp 1.200.000,-Rp 24.281.052,63
4. Total Biaya
Biaya Tetap + Biaya Variabel
= Rp 1.900.000,- + Rp 24.281.052,63
= Rp 26.181.052,63
5. Produksi lele konsumsi 4800 kg x Rp 6000/kg -Rp 28.800.000,
6. Pendapatan
Produksi - (Biaya tetap + Biaya Variabel)
= Rp 28.800.000,- - ( Rp 1.900.000,- + Rp 24.281.052,63)
= Rp 2.418.947,37
7. Break Event Point (BEP)
Volume produksi = 4.396,84 kg
Harga produksi = Rp 5.496,05
penyalin By. iman'z tetap berjuang
Sumber :Buku Budidaya Lele Sangkuriang, Dit. Pembudidayaan, Ditjen Perikanan Budidaya
Langganan:
Postingan (Atom)